Kamis, 25 September 2014

Cuaca dan Iklim di Bandung

Hingga saat ini, saya sudah tinggal di Bandung (sebagai mahasiswa ITB) selama setahun lebih. Dengan demikian, saya sudah merasakan cukup banyak hal di Bandung. Salah satunya adalah iklim di Bandung. Mungkin ini bisa jadi referensi buat teman-teman sekalian yang ingin berkunjung ke Bandung untuk pertama kalinya.


Secara geografis, Bandung berada di dataran tinggi yang dikenal sebagai Cekungan Bandung di Provinsi Jawa Barat. Kenapa disebut Cekungan Bandung? Karena wilayah Bandung dikelilingi oleh pegunungan. Iklim di Bandung lebih sejuk daripada kota-kota lain di Indonesia pada umumnya. Jelas saja, wilayah Bandung berada di ketinggian rata-rata 700 meter di atas permukaan laut. Ketinggian wilayah Kota Bandung mirip dengan Kota Wonosobo di Jawa Tengah yang merupakan tempat tinggal asal saya. Meskipun demikian, saya bisa bilang bahwa iklim di Bandung tergolong unik dan berbeda dengan Kota Wonosobo.















Seperti kota-kota di Indonesia lainnya, wilayah Bandung mengalami 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di antara musim hujan dan musim kemarau terdapat masa peralihan atau masa pancaroba. Musim hujan di Bandung berlangsung antara November - April, sedangkan musim kemarau berlangsung antara Juni - September. Masa pancaroba terjadi pada bulan Mei dan Oktober.

Pada musim hujan, jarang terlihat matahari karena hampir sepanjang hari cuacanya berawan, mendung, atau hujan. Kadang jika hujan cukup deras dan berlangsung cukup lama, air dari selokan di pinggir jalan meluap hingga membanjiri jalan raya.


Meskipun jarang terjadi, pada musim hujan bisa terjadi hujan es selama beberapa menit di beberapa spot di Bandung.


Pada musim hujan suhu udara di siang hari berkisar antara 23 - 29 derajat celcius, sedangkan di malam hari suhu udara berkisar antara 18 - 20 derajat celcius. Pernah pada suatu hari di bulan Januari, cuaca di Bandung mendung sepanjang hari. Akibatnya, sepanjang hari itu udara terasa dingin dan suhu tertinggi di siang harinya hanya mencapai 23 derajat celcius.

Selama masa pancaroba, cuaca di Bandung tergolong labil. Bisa saja di pagi hari matahari bersinar dengan cerah, namun siangnya terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Pada masa ini, kadang bisa muncul angin puting beliung.


Di awal-awal musim kemarau, hujan terkadang masih terjadi. Hujan hampir tidak pernah terjadi menjelang akhir musim kemarau. Suhu udara di musim ini pun termasuk ekstrim. Di siang hari, udara terasa panas karena suhu udara berkisar antara 28 - 33 derajat celcius. Pada malam hari, suhu udara dapat menyentuh kisaran 15 - 18 derajat celcius. Tak heran jika kamu keluar rumah pada waktu subuh, kamu akan merasa kedinginan. Beberapa hari yang lalu, saya merasakan perbedaan suhu udara terekstrim di Bandung. Suhu di siang hari mencapai 33 derajat celcius, sedangkan di waktu subuh anjlok ke 15 derajat celcius. Suhu udara yang tinggi di siang hari ini disertai dengan kelembaban udara yang rendah, sehingga kamu tidak akan banyak berkeringat. Teriknya sinar matahari di siang hari akan sangat terasa jika kamu berada di area yang jarang pepohonan. Di lingkungan kampus ITB, suhu udara di siang hari saat musim kemarau tidak terlalu panas karena banyak terdapat pepohonan. Menurut saya, panasnya udara siang hari di Bandung pada musim kemarau disebabkan oleh berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) dan semakin padatnya penduduk di Bandung.

Pada bagian akhir ini, saya bisa menyimpulkan bahwa iklim di Bandung tergolong iklim tropis yang mempunyai karakter semi-kontinental di musim kemarau. Karakter semi-kontinental ini dibuktikan dengan adanya perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam hari (perbedaannya sekitar 15 derajat celcius) saat musim kemarau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar