Rabu, 26 November 2014

Artikel Meteorologi #1

MUSIM HUJAN = MUSIM DINGIN ?
MUSIM KEMARAU = MUSIM PANAS ?


Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis karena lokasinya berada di sekitar ekuator. Iklim tropis di Indonesia juga dipengaruhi oleh angin muson / monsoon yang berubah arah setiap 6 bulan sekali. Angin monsoon tersebut adalah angin monsoon baratan dan angin monsoon timuran. Angin monsoon baratan bertiup dan melewati sebagian wilayah Indonesia pada bulan Oktober – April, sedangkan angin monsoon timuran bertiup pada bulan April – Oktober. Angin monsoon baratan terjadi pada saat terbentuk pusat tekanan tinggi di Siberia dan pusat tekanan rendah di Australia. Hal yang sebaliknya berlaku pada angin monsoon timuran (pusat tekanan tinggi di Australia dan pusat tekanan rendah di Siberia). Angin monsoon baratan berawal dari angin monsoon timur laut yang bertiup melewati Samudera Pasifik bagian barat laut. Oleh karena itu, angin monsoon barat bersifat lembab dan membuat sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan pada sekitar bulan Oktober – April. Angin monsoon timuran yang berasal dari Australia hanya melewati sebagian kecil wilayah Samudera Hindia. Dengan demikian, angin monsoon timuran hanya sedikit membawa uap air dan membuat sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.

Gambar 1 :  Sistem Monsoon Asia Tenggara & Asia Timur

Musim hujan di Indonesia dicirikan oleh cuaca yang sering berawan, mendung, ataupun hujan. Cuaca pada musim kemarau di Indonesia lebih sering cerah, kadang berawan, dan sesekali hujan. Karena langit pada musim hujan sering tertutup awan, siang hari di musim hujan biasanya bersuhu lebih rendah daripada siang hari di musim kemarau. Hal ini membuat banyak orang awam di Indonesia menyamakan musim hujan dengan musim dingin serta menyamakan pula antara musim kemarau dengan musim panas. Anggapan tersebut memang tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Ada beberapa wilayah di Indonesia yang memang terasa lebih panas di musim kemarau daripada di musim hujan.

Gambar 2(a) :  Amplitudo suhu udara harian saat cuaca berawan
Gambar 2(b) :  Amplitudo suhu udara harian saat cuaca cerah

Pada hakikatnya, musim hujan berbeda dengan musim dingin. Musim kemarau pun berbeda dengan musim panas. Pengelompokkan musim menjadi musim hujan dan musim kemarau dilakukan berdasarkan parameter curah hujan, sedangkan musim panas dan musim dingin dikelompokkan berdasarkan suhu udara rata-rata bulanannya. Menurut Schmidt dan Ferguson, suatu bulan dianggap sudah memasuki musim hujan jika total curah hujan pada bulan itu > 100 mm. Periode musim kemarau dimulai saat total curah hujan dalam sebulan < 60 mm. Musim panas dicirikan oleh cuaca yang hangat / panas, sedangkan musim dingin dicirikan oleh cuaca yang sejuk / dingin.

Pada kenyataannya, karakter suhu udara pada musim kemarau di Indonesia tidak selalu sama di setiap daerah. Secara umum ada 3 karakter yang berbeda mengenai suhu udara pada musim kemarau di Indonesia, antara lain:
1.       Sepanjang musim kemarau:
- Suhu udara di siang dan malam hari lebih tinggi daripada saat musim hujan
Contoh lokasi di Indonesia :  Medan (Sumatera Utara), Pekanbaru (Riau)

2.       Sepanjang musim kemarau:
- Suhu udara di siang dan malam hari lebih rendah daripada saat musim hujan
Contoh lokasi di Indonesia :  Denpasar (Bali), Mataram (Nusa Tenggara Barat)

3.       Sepanjang musim kemarau:
- Suhu udara di siang hari lebih tinggi daripada saat musim hujan
- Suhu udara di malam hari lebih rendah daripada saat musim hujan
Contoh lokasi di Indonesia :  Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat)

Dengan melihat ketiga karakter di atas beserta pengelompokkan musim pada paragraf 3, dapat disimpulkan bahwa musim hujan tidak sama dengan musim dingin dan musim kemarau tidak sama dengan musim panas. Semoga artikel ini dapat memberi pencerahan bagi para pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar