Jumat, 03 Oktober 2014

Saturday Session


SATURDAY SESSION
“BUILD YOUR CAREER PATH”
Sabtu, 27 September 2014

Acara kali ini berbeda dengan kegiatan-kegiatan PKKM pada umumnya. Acara ini berbentuk seminar yang diadakan mulai pukul 09.00 pagi di ruang 1401 yang berada di lantai 2 Labtek Biru. Karena memang acara ini berbentuk seminar, kami tidak perlu membawa spek standar. Sebelum acara dimulai, kami (Pradawihaya) berkumpul terlebih dahulu di selasar gedung TVST pada pukul 08.00 pagi bersama beberapa taplok. Sambil menunggu teman-teman yang lain, di selasar TVST kami bersantai dan mengobrol satu sama lain.

Saat waktu telah menunjukkan pukul 09.00, kami dimobilisasi ke arah ruang 1401. Di sana sudah ada beberapa mahasiswa Meteorologi dari berbagai angkatan. Selain itu, ada juga beberapa pembicara pada seminar ini dan ketua HMME. Pada permulaan acara ini, terdapat sambutan dari Ketua HMME Atmosphaira ITB, yaitu Jenderal M. Reza Robby Nugraha. Isi sambutannya adalah penjelasan mengenai latar belakang diadakannya acara ini, yaitu untuk memberikan pencerahan bagi para mahasiswa Meteorologi mengenai karir atau pekerjaan yang berhubungan dengan Meteorologi.

Pada sesi pertama (09.00 – 12.00) terdapat 3 orang pembicara, antara lain Noviyanti Erfien Kaparang, Zulva Kriza, dan Amelia. Pembicara pertama adalah Kak Viya (Noviyanti Erfien Kaparang). Ia merupakan alumni Meteorologi ITB yang lulus pada tahun 2010. Saat ini, Kak Viya bekerja di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang bekerja sama dengan JICA (Japan International Corporation Agency). Ia lalu bercerita tentang pengalaman kerjanya dan merasakan keuntungan menjadi alumni Meteorologi ITB karena jumlah lulusan Meteorologi di Indonesia sangat sedikit dibanding lulusan dari jurusan lainnya. Selama menempuh studi di Meteorologi ITB, kami diberi pesan untuk meningkatkan motivasi, visi, usaha, semangat, kreativitas, dan kerja sama. Selain itu, Kak Viya juga menekankan pentingnya memperbanyak “link” atau kenalan dan memperluas “networking” atau jaringan pertemanan.

Pembicara selanjutnya adalah Kak Zul (Zulva Kriza) yang merupakan angkatan 1999 Geofisika dan Meteorologi ITB. Ia telah menempuh studi perguruan tinggi pada jurusan yang berbeda-beda, namun tetap berkutat pada ilmu yang sama, yaitu ilmu Kebumian. Saat S1, ia masuk ke jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB. Lalu, pendidikan S2 nya adalah di jurusan Geodesi. Pendidikan terakhirnya adalah S3 jurusan Seismologi. Tema pembicaraan Kak Zul adalah “Are We Part of Earth Scientist?”. Pesan penting yang kami dapat darinya adalah terus bergerak dan mengikuti dinamika perubahan lingkungan agar terus berkembang dan tidak mati dalam komunitas. Sebagai seorang scientist, Kak Zul sudah beberapa kali menerbitkan jurnal ilmiah internasional. Selain itu, Kak Zul juga menyampaikan bahwa jangan hanya membandingkan satu dengan yang lain. Carilah passion, ubahlah cara pandang, dan kembangkan “self-marketing”. Terdapat satu quote dari Kak Zul yang berkaitan dengan passion, yaitu “Love what you do, do what you love, and money will follow”.

Pembicara terakhir pada sesi ini adalah Kak Amelia yang baru saja lulus pada bulan Juli 2014. Kak Amelia berbagi cerita tentang pengalaman kuliahnya di S1 Meteorologi ITB. Ia pertama kali mengenal Meteorologi saat sedang mengikuti kompetisi yang diadakan oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) bagi pelajar SMA. Sewaktu SMA, Kak Amel menyukai ilmu Kimia dan mengira bahwa Meteorologi berkaitan dengan Kimia. Di awal-awal masuk jurusan Meteorologi, ia merasa salah masuk jurusan karena penggunaan ilmu kimia di Meteorologi tergolong sedikit. Sampai akhirnya pada semester 5, Kak Amel mulai menyukai ilmu Meteorologi hingga saat ini. Setelah lulus, Kak Amel bekerja sebagai konsultan IT (Information and Technology) di sebuah perusahaan. Pesan dari Kak Amel adalah “Begin with the end in mind”.

Kami diberi waktu untuk ishoma (istirahat, sholat, makan) hingga pukul 12.30. Setelah ishoma, sesi kedua Saturday Session dimulai. Pada sesi ini terdapat 4 pembicara yang rata-rata berumur lebih muda daripada pembicara sebelumnya. Mereka adalah Piala Ameldam Simanjuntak, Yovita Wangsaputra, Firman Agny, dan M. Akbari Danasla. Sebagai pembicara pertama, Kak Piala menjelaskan tentang kiprahnya di dunia energi alternatif. Kak Piala merupakan pendiri PT Lentera Angin Nusantara yang memiliki misi untuk memaksimalkan elektrifikasi wilayah Indonesia bagian timur menggunakan energi angin dan energi matahari. Ia bersama teman-temannya mendirikan pembangkit listrik mikro bertenaga angin di Pulau Sumba. Kincir angin yang dipasang termasuk berukuran kecil (tingginya hanya 4 meter) untuk memudahkan perawatan. Kak Piala menyadari bahwa banyak orang yang juga ingin membangun pembangkit listrik tenaga angin, namun hanya terpaku dengan besarnya potensi energi angin. Yang terlupakan oleh banyak orang namun terpikirkan oleh Kak Piala adalah sistem yang digunakan pada pembangkit listrik ini haruslah bisa dibuat dan dirawat secara mandiri. Satu pesan penting dari Kak Piala adalah kalau ingin membantu orang, janganlah setengah-setengah.

Pembicara kedua adalah Kak Yovita (Yovita Wangsaputra) yang merupakan angkatan 2010 Meteorologi ITB. Ia menceritakan pengalamannya saat mengikuti ajang pertukaran mahasiswa di Nagoya University, Jepang. Periode pertukaran mahasiswa yang diikuti oleh Kak Yovita ini adalah dari bulan April – Agustus 2014. Ia memberikan berbagai macam tips untuk dapat mengikuti program pertukaran mahasiswa. Salah satu tipsnya adalah jangan takut atau minder untuk mencoba mendaftar pada ajang pertukaran mahasiswa. Tips kedua adalah sebisa mungkin kuasai bahasa yang sering dipakai di negara tujuan agar tidak merasa terasingkan di negara itu.

Lalu, pembicara selanjutnya adalah Kak Firman (Firman Agny). Kak Firman merupakan mahasiswa Meteorologi ITB angkatan 2011 dan juga merupakan salah satu asisten Pak Zadrach Ledoufij Dupe. Kak Firman bercerita tentang pengalamannya mengikuti KP (kerja praktik) selama sebulan di Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Kak Firman menjelaskan tentang beberapa syarat dan langkah yang dibutuhkan agar bisa mengambil mata kuliah KP. Syarat pertama adalah sudah lulus minimal 100 SKS. Langkah selanjutnya adalah menemukan potensi dan passion untuk menentukan di lembaga atau perusahaan apakah kita ingin melakukan KP. Selain itu, kita juga perlu untuk sering-sering bertanya kepada senior dan berkonsultasi kepada dosen. Langkah terakhir adalah menghubungi tempat diadakannya KP dan membuat proposal bila dibutuhkan. Kak Firman lalu menjabarkan berbagai macam manfaat yang didapat dari KP. Manfaat-manfaat tersebut antara lain menambah pengalaman kerja, menambah jumlah SKS, mengaplikasikan keterampilan, mengisi waktu luang, menambah koneksi ke dunia kerja, dan latihan mengembangkan diri.

Pembicara terakhir adalah Kak Danasla (M. Akbari Danasla) yang merupakan angkatan 2011. Kak Danasla juga bercerita mengenai pengalaman KP nya di bidang geotermal. Tempat KP nya adalah di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Kamojang di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ia juga menjelaskan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mengikuti KP. Selanjutnya, kami dipersilahkan untuk bertanya pada keempat pembicara seperti pada sesi sebelumnya. Setelah sesi tanya jawab, kami diperbolehkan untuk pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar