Ilmu “Meteorologi” terdengar
asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pendapat kebanyakan orang
ketika ditanyai tentang Meteorologi bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa
Meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari meteor, ada juga yang bilang bahwa
Meteorologi itu lulusannya bekerja di BMKG. Hal itu wajar-wajar saya menurut
saya, karena di Indonesia perguruan tinggi yang menyediakan program studi
Meteorologi murni hanyalah ITB (Institut Teknologi Bandung). Dengan demikian,
jarang ada yang tahu tentang keberadaan jurusan Meteorologi di Indonesia. Meskipun
juga menyediakan program studi Meteorologi, IPB (Institut Pertanian Bogor) dan
AMG (Akademi Meteorologi dan Geofisika) tidak menyediakan jurusan Meteorologi
yang murni seperti di ITB. Meteorologi di IPB lebih condong ke arah pertanian,
sedangkan di AMG cenderung menghasilkan lulusan yang siap bekerja di BMKG
(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika).
“Meteorologi” tersusun oleh
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu meteoros dan logos. “Meteoros” artinya
ruang atas (atmosfer), sedangkan “logos” artinya ilmu. Secara harfiah,
Meteorologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang atmosfer. Definisi dari Meteorologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang atmosfer bumi (karakteristik, dinamika,
dll) beserta fenomena yang berkaitan dengannya. Ilmu sains dasar yang
dibutuhkan dalam mempelajari Meteorologi antara lain matematika, fisika, kimia,
komputer, dan geografi. Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu Meteorologi dibagi
menjadi 4 macam, antara lain meteorologi fisik, meteorologi dinamik,
meteorologi sinoptik, dan meteorologi terapan.
Ada beberapa persepsi yang
paling sering saya dengar dari kebanyakan mahasiswa FITB (Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian) di ITB tentang program studi Meteorologi. Pertama, jurusan
Meteorologi adalah jurusan “buangan” di FITB. Mengapa bisa ada persepsi seperti
itu? Karena peminat jurusan Meteorologi paling sedikit dibanding jurusan lain
di FITB. Sedikitnya peminat jurusan Meteorologi karena adanya persepsi bahwa
Meteorologi itu jurusan yang “susah” dan prospek kerjanya kecil. Munculnya
anggapan bahwa jurusan Meteorologi itu susah karena cukup banyak mata kuliah di
Meteorologi yang berkaitan dengan pemrograman komputer. Memang, banyak
mahasiswa ITB yang lebih kesulitan untuk melakukan programming daripada
mengerjakan soal kalkulus. Kalau saya sendiri malah sebaliknya, lebih kesulitan
di kalkulus daripada programming. Banyak orang yang beranggapan bahwa prospek
kerja di Meteorologi kecil karena mereka hanya tahu kalau lulusan Meteorologi
hanya bisa bekerja di BMKG. Padahal, prospek kerja di Meteorologi jauh lebih luas
daripada anggapan tersebut.
Di media sosial seperti
Facebook, saya pernah melihat tautan (link) yang dishare oleh seseorang tentang
jurusan-jurusan di perguruan tinggi dengan prospek kerja yang cerah.
Jurusan-jurusan seperti teknik perminyakan, teknik kimia, teknik mesin, dan
ilmu komputer sering muncul di daftar itu. Padahal jika dipikir lebih dalam,
perguruan tinggi penyuplai lulusan dari jurusan-jurusan tersebut juga sangat
banyak di Indonesia. Banyak orang yang beranggapan bahwa prospek kerja = jumlah
total lowongan pekerjaan. Padahal, prospek kerja suatu jurusan juga dipengaruhi
oleh jumlah lulusan dari jurusan tersebut. Jadi, menurut saya prospek kerja =
(jumlah total lowongan pekerjaan) / (jumlah lulusan). Lagipula, banyaknya
lulusan dari jurusan-jurusan yang katanya mempunyai prospek cerah itu membuat
para lulusan dari jurusan-jurusan tersebut harus bisa bersaing satu sama lain.
Di Meteorologi, persaingan untuk mendapat pekerjaan hampir tidak ada karena
memang lulusannya sedikit dan prospek kerjanya luas.
Mungkin sebagian dari Anda
tidak percaya bahwa prospek kerja di Meteorologi luas. Di paragraf ini, saya
akan menjabarkan gambaran prospek kerja di Meteorologi. Selain di BMKG, lulusan
Meteorologi bisa bekerja di pertambangan dan perminyakan. Saya yakin sebagian
dari Anda bingung dengan pernyataan saya barusan. Bagaimana caranya seorang
lulusan Meteorologi bisa bekerja di pertambangan dan perminyakan? Di lingkungan
pertambangan, seorang Meteorologist (sebutan lain bagi lulusan Meteorologi)
bekerja untuk memprediksi cuaca di sekitar area pertambangan. Jika cuaca di
area pertambangan tidak kondusif/memadai, maka ia berhak untuk menghentikan
aktivitas pertambangan secara sementara hingga cuaca kembali kondusif. Jika
tidak ada Meteorologist di suatu area pertambangan, maka area pertambangan
tersebut bisa saja collapse karena cuaca yang buruk. Hal yang sama juga berlaku
di lingkungan perminyakan.
Selain yang telah dijelaskan
sebelumnya, masih banyak prospek kerja yang berhubungan dengan Meteorologi.
Seorang meteorologist juga bisa bekerja sebagai ahli prediksi cuaca dan menjadi
konsultan di berbagai macam bidang. Di
luar Indonesia, banyak meteorologist yang dibutuhkan sebagai ahli prediksi
cuaca. Bahkan, saya pernah menemukan di suatu website bahwa meteorologist
merupakan pekerjaan nomor 7 paling dibutuhkan di Amerika Serikat. Di
negara-negara Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur, perubahan cuaca bisa
terjadi secara mendadak dan ekstrim serta sering mengalami bencana yang
berkaitan dengan meteorologi. Dengan demikian, negara-negara tersebut sangat
membutuhkan ahli prediksi cuaca. Jika bekerja sebagai konsultan, bidang-bidang
yang bisa dicakup oleh meteorologist antara lain bidang energi alternatif,
pertanian, perikanan, lingkungan, instrumentasi/pembuatan alat meteorologi,
transportasi, rancang bangunan, bahkan kesehatan.
Secara geografis, Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak di antara 2 benua (Asia dan Australia)
dan 2 samudera (Pasifik dan Hindia), berada di dekat khatulistiwa, dan beriklim
tropis. Dengan demikian, wilayah Indonesia mendapat beberapa keuntungan dari
segi meteorologis. Keuntungan tersebut antara lain adalah Indonesia jarang
mengalami cuaca ekstrem dan jarang terkena bencana meteorologi. Suhu udara
ekstrem tertinggi di Indonesia tidak pernah melebihi 400C. Bencana
meteorologi yang terjadi di Indonesia pun tidak banyak macamnya, antara lain
banjir, kekeringan, dan angin puting beliung. Namun, prediksi cuaca secara
akurat di Indonesia sangat sulit dilakukan. Tak heran jika masyarakat Indonesia
kurang memahami pentingnya peran Meteorologi.
Lain lagi dengan di Amerika
Serikat. Secara meteorologis, wilayah Amerika Serikat sangat rawan mengalami
berbagai macam bencana meteorologi. Bahkan, hampir semua jenis bencana
meteorologi bisa terjadi di Amerika Serikat. Bencana-bencana tersebut antara
lain banjir, kekeringan, tornado, siklon tropis, badai salju, gelombang panas,
dan gelombang dingin. Selain banyak jenisnya, bencana-bencana tadi juga selalu
terjadi beberapa kali dalam setahun di Amerika Serikat. Dengan demikian, masyarakat
di sana sangat membutuhkan informasi prediksi cuaca karena perubahan cuaca
sangat berpengaruh terhadap keseharian mereka. Saking pentingnya, topik tentang
cuaca bisa menjadi topik pembuka percakapan antara 2 orang.
Selain pada prediksi cuaca, peran
Meteorologi juga vital di bidang transportasi udara dan laut. Di setiap bandara
besar pasti terdapat meteorologist yang mengamati cuaca di tempat lepas landas
(take off), mendarat (landing), dan di sekitar rute pesawat terbang. Kru
penerbangan memerlukan informasi cuaca ini dalam merencanakan penerbangan mereka.
Pada transportasi laut, meteorologist memprediksi perilaku gelombang laut
akibat perubahan cuaca di lautan. Dengan begitu, bisa diputuskan apakah kapal
boleh berangkat atau tidak.
Agar lebih singkat,
peran-peran Meteorologi di bidang lainnya saya cantumkan pada daftar di bawah
ini:
1. Energi alternatif: Survei daerah-daerah
yang potensial untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga matahari ataupun
tenaga angin
2. Pertanian: Analisis dampak cuaca dan
iklim terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil pertanian
3. Rancang bangunan: Menggabungkan antara meteorologi,
fisika teknik, dan arsitektur untuk merancang bangunan yang nyaman ditinggali
manusia
4. Kesehatan: Menggabungkan meteorologi
dan ilmu kedokteran untuk menganalisis penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
perubahan cuaca dan musim
5. Perikanan dan kelautan: Analisis dampak
cuaca dan musim terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan di laut
6. Hidrometeorologi: Menggabungkan meteorologi
dan hidrologi untuk menganalisis sumber daya air di Bumi
7. Pencemaran udara: Memodelkan penyebaran
pencemaran udara
Sekian dulu yang dapat saya
tulis. Semoga tulisan di atas bermanfaat.
Bagus ya kak artikelnya
BalasHapusnitip kuis yah.
BalasHapusPertanyaan di bawah ini sebenarnya diajukan kepada para peserta Sekolah Lapang Iklim (SLI) dimana pesertanya adalah para penyuluh pertanian yang sama sekali tidak berlatar belakang meteorologis. Tetapi ironisnya ternyata banyak panitia yang sebenarnya pakar metorologis malah ikut salah memberi jawaban.
http://www.climate4life.info/2016/01/meterologispun-banyak-yang-salah.html
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswaktu post nya tepat aku berusia 16 tahun..... aku juga anak meteorologi lho kak,,,, angkatan 53 sih.... hehe doain ya kak moga moga lulus bisa langsung kerja.. kalo bisa sih ke luar negeri sekalian.. di pertambangan minyak arab... wkwkwk sekalian naik haji atau umroh.. aamiin.. mentok mentok di dinas pertanian kota pekalongan deh... tapi mimpiku tetep tinggi kok kak.... pengen lajutin s2 ke luar.. kalo allah mengizinkan.... kakak angkatan berapa?
BalasHapusKuliah dimana?
Hapusdi IPB kak, baru semsetr 2, kak karsavicka setia aryanto di mana?
HapusSaya masih SMA kak, panggil vicka aja
HapusKak di IPB yang di pelajari apa aja ?
Saya SNMPTN ambil Math sama Meteorologi IPB
Doain ya kak
ka, mau tanya.. materi yang paling banyak di pelajari di juruan meteorologi tuh apa ka?
BalasHapusmantap kak
BalasHapusان شاءالله saya nyusul kak
doain ya آمين
2019 meteorologi ITB gaskeun
BalasHapus