SATURDAY
SESSION
“BUILD YOUR
CAREER PATH”
Sabtu, 27
September 2014
Acara kali ini berbeda dengan
kegiatan-kegiatan PKKM pada umumnya. Acara ini berbentuk seminar yang diadakan
mulai pukul 09.00 pagi di ruang 1401 yang berada di lantai 2 Labtek Biru. Karena
memang acara ini berbentuk seminar, kami tidak perlu membawa spek standar. Sebelum
acara dimulai, kami (Pradawihaya) berkumpul terlebih dahulu di selasar gedung
TVST pada pukul 08.00 pagi bersama beberapa taplok. Sambil menunggu teman-teman
yang lain, di selasar TVST kami bersantai dan mengobrol satu sama lain.
Saat waktu telah menunjukkan
pukul 09.00, kami dimobilisasi ke arah ruang 1401. Di sana sudah ada beberapa
mahasiswa Meteorologi dari berbagai angkatan. Selain itu, ada juga beberapa
pembicara pada seminar ini dan ketua HMME. Pada permulaan acara ini, terdapat
sambutan dari Ketua HMME Atmosphaira ITB, yaitu Jenderal M. Reza Robby Nugraha.
Isi sambutannya adalah penjelasan mengenai latar belakang diadakannya acara
ini, yaitu untuk memberikan pencerahan bagi para mahasiswa Meteorologi mengenai
karir atau pekerjaan yang berhubungan dengan Meteorologi.
Pada sesi pertama (09.00 – 12.00)
terdapat 3 orang pembicara, antara lain Noviyanti Erfien Kaparang, Zulva Kriza,
dan Amelia. Pembicara pertama adalah Kak Viya (Noviyanti Erfien Kaparang). Ia
merupakan alumni Meteorologi ITB yang lulus pada tahun 2010. Saat ini, Kak Viya
bekerja di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang bekerja sama
dengan JICA (Japan International Corporation Agency). Ia lalu bercerita tentang
pengalaman kerjanya dan merasakan keuntungan menjadi alumni Meteorologi ITB
karena jumlah lulusan Meteorologi di Indonesia sangat sedikit dibanding lulusan
dari jurusan lainnya. Selama menempuh studi di Meteorologi ITB, kami diberi
pesan untuk meningkatkan motivasi, visi, usaha, semangat, kreativitas, dan
kerja sama. Selain itu, Kak Viya juga menekankan pentingnya memperbanyak “link”
atau kenalan dan memperluas “networking” atau jaringan pertemanan.
Pembicara selanjutnya adalah
Kak Zul (Zulva Kriza) yang merupakan angkatan 1999 Geofisika dan Meteorologi
ITB. Ia telah menempuh studi perguruan tinggi pada jurusan yang berbeda-beda,
namun tetap berkutat pada ilmu yang sama, yaitu ilmu Kebumian. Saat S1, ia
masuk ke jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB. Lalu, pendidikan S2 nya adalah di
jurusan Geodesi. Pendidikan terakhirnya adalah S3 jurusan Seismologi. Tema
pembicaraan Kak Zul adalah “Are We Part of Earth Scientist?”. Pesan penting
yang kami dapat darinya adalah terus bergerak dan mengikuti dinamika perubahan
lingkungan agar terus berkembang dan tidak mati dalam komunitas. Sebagai
seorang scientist, Kak Zul sudah beberapa kali menerbitkan jurnal ilmiah
internasional. Selain itu, Kak Zul juga menyampaikan bahwa jangan hanya membandingkan
satu dengan yang lain. Carilah passion, ubahlah cara pandang, dan kembangkan “self-marketing”.
Terdapat satu quote dari Kak Zul yang berkaitan dengan passion, yaitu “Love what
you do, do what you love, and money will follow”.
Pembicara terakhir pada sesi
ini adalah Kak Amelia yang baru saja lulus pada bulan Juli 2014. Kak Amelia
berbagi cerita tentang pengalaman kuliahnya di S1 Meteorologi ITB. Ia pertama
kali mengenal Meteorologi saat sedang mengikuti kompetisi yang diadakan oleh
LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) bagi pelajar SMA. Sewaktu
SMA, Kak Amel menyukai ilmu Kimia dan mengira bahwa Meteorologi berkaitan
dengan Kimia. Di awal-awal masuk jurusan Meteorologi, ia merasa salah masuk
jurusan karena penggunaan ilmu kimia di Meteorologi tergolong sedikit. Sampai
akhirnya pada semester 5, Kak Amel mulai menyukai ilmu Meteorologi hingga saat
ini. Setelah lulus, Kak Amel bekerja sebagai konsultan IT (Information and
Technology) di sebuah perusahaan. Pesan dari Kak Amel adalah “Begin with the
end in mind”.
Kami diberi waktu untuk ishoma
(istirahat, sholat, makan) hingga pukul 12.30. Setelah ishoma, sesi kedua Saturday
Session dimulai. Pada sesi ini terdapat 4 pembicara yang rata-rata berumur
lebih muda daripada pembicara sebelumnya. Mereka adalah Piala Ameldam Simanjuntak,
Yovita Wangsaputra, Firman Agny, dan M. Akbari Danasla. Sebagai pembicara
pertama, Kak Piala menjelaskan tentang kiprahnya di dunia energi alternatif. Kak
Piala merupakan pendiri PT Lentera Angin Nusantara yang memiliki misi untuk
memaksimalkan elektrifikasi wilayah Indonesia bagian timur menggunakan energi
angin dan energi matahari. Ia bersama teman-temannya mendirikan pembangkit
listrik mikro bertenaga angin di Pulau Sumba. Kincir angin yang dipasang
termasuk berukuran kecil (tingginya hanya 4 meter) untuk memudahkan perawatan. Kak
Piala menyadari bahwa banyak orang yang juga ingin membangun pembangkit listrik
tenaga angin, namun hanya terpaku dengan besarnya potensi energi angin. Yang
terlupakan oleh banyak orang namun terpikirkan oleh Kak Piala adalah sistem
yang digunakan pada pembangkit listrik ini haruslah bisa dibuat dan dirawat
secara mandiri. Satu pesan penting dari Kak Piala adalah kalau ingin membantu
orang, janganlah setengah-setengah.
Pembicara kedua adalah Kak
Yovita (Yovita Wangsaputra) yang merupakan angkatan 2010 Meteorologi ITB. Ia
menceritakan pengalamannya saat mengikuti ajang pertukaran mahasiswa di Nagoya
University, Jepang. Periode pertukaran mahasiswa yang diikuti oleh Kak Yovita
ini adalah dari bulan April – Agustus 2014. Ia memberikan berbagai macam tips
untuk dapat mengikuti program pertukaran mahasiswa. Salah satu tipsnya adalah
jangan takut atau minder untuk mencoba mendaftar pada ajang pertukaran
mahasiswa. Tips kedua adalah sebisa mungkin kuasai bahasa yang sering dipakai
di negara tujuan agar tidak merasa terasingkan di negara itu.
Lalu, pembicara selanjutnya adalah
Kak Firman (Firman Agny). Kak Firman merupakan mahasiswa Meteorologi ITB
angkatan 2011 dan juga merupakan salah satu asisten Pak Zadrach Ledoufij Dupe.
Kak Firman bercerita tentang pengalamannya mengikuti KP (kerja praktik) selama
sebulan di Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Kak Firman
menjelaskan tentang beberapa syarat dan langkah yang dibutuhkan agar bisa
mengambil mata kuliah KP. Syarat pertama adalah sudah lulus minimal 100 SKS.
Langkah selanjutnya adalah menemukan potensi dan passion untuk menentukan di
lembaga atau perusahaan apakah kita ingin melakukan KP. Selain itu, kita juga
perlu untuk sering-sering bertanya kepada senior dan berkonsultasi kepada
dosen. Langkah terakhir adalah menghubungi tempat diadakannya KP dan membuat
proposal bila dibutuhkan. Kak Firman lalu menjabarkan berbagai macam manfaat
yang didapat dari KP. Manfaat-manfaat tersebut antara lain menambah pengalaman
kerja, menambah jumlah SKS, mengaplikasikan keterampilan, mengisi waktu luang,
menambah koneksi ke dunia kerja, dan latihan mengembangkan diri.
Pembicara terakhir adalah Kak
Danasla (M. Akbari Danasla) yang merupakan angkatan 2011. Kak Danasla juga
bercerita mengenai pengalaman KP nya di bidang geotermal. Tempat KP nya adalah
di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Kamojang di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Ia juga menjelaskan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mengikuti
KP. Selanjutnya, kami dipersilahkan untuk bertanya pada keempat pembicara
seperti pada sesi sebelumnya. Setelah sesi tanya jawab, kami diperbolehkan
untuk pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar